Abstrak
Tujuan
dari pembelajaran setidak-tidaknya seorang guru menanamkan tiga
domain, yakni, kognitif, afektif dan psikomotor dan ketiga domian itu
secara langsung akan tertanam pada setiap siswa yang mengikuti suatu
proses pembelajaran. Oleh karena itu, yang paling mendasar di pafami
oleh guru adalah melatih siswa untuk berpikir, memecahkan masalah dan
menemukan sesuatu bukan merupakan tujuan pendidikan yang baru. Demikian
pula halnya dengan strategi pembelajaran penemuan, inkuiri atau
induktif. Inkuiri, pada tingkat paling dasar dapat dipandang sebagai
proses menjawab pertanyaan atau memecahkan permasalahan berdasarkan
fakta dan pengamatan. Siklus inkuiri terdiri dari kegiatan mengamati,
bertanya, menyelidiki, menganalisa dan merumuskan teori, baik secara
individu maupun bersama-sama dengan teman lainnya. Mengembangkan dan
sekaligus menggunakan keterampilan berpikir kritis
Kata kunci: Model, Pembelajaran, Inkuiri.
Sejak
manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan
sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di
sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak
kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui
indera penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya.
Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang
dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki
manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh
keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu strategi pembelajaran yang
dikenal dengan inkuiri dikembangkan.
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang
berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Ia
menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan
cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual
(kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif.
Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan
cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Selanjutnya Sanjaya (2008;196) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama,
strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan
siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak
hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara
verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari
materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang
dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari
sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai
fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya
dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga
kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama
dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan dari penggunaan
strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam
pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai
pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya.
Pada
prinsipnya tujuan pengajaran inkuiri membantu siswa bagaimana
merumuskan pertanyaan, mencari jawaban atau pemecahan untuk memuaskan
keingintahuannya dan untuk membantu teori dan gagasannya tentang dunia.
Lebih jauh lagi dikatakan bahwa pembelajaran inkuiri bertujuan untuk
mengembangkan tingkat berpikir dan juga keterampilan berpikir kritis.
Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
A. Orientasi
Pada
tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini
adalah:
· Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
· Menjelaskan
pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan
setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai
dengan merumuskan kesimpulan
· Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
B. Merumuskan masalah
Merumuskan
masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan
masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban
yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam
pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan
mental melalui proses berpikir.
C. Merumuskan hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban
sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban
dari suatu permasalahan yang dikaji.
D. Mengumpulkan data
Mengumpulkan
data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
E. Menguji hipotesis
Menguji
hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir
rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang
ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
F. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan
kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang
akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.
Alasan
rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah
bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai
matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka
dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” penyelidikan. Investigasi
yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami
konsep-konsep matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir
ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil
dari proses berpikir ilmiah tersebut.
Pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap
pelajaran matematika, khususnya kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematis siswa. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan
pendekatan pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir
ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa
lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan
masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar,
peranan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai
pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang
perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga
bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru
selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka
memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan,
tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus
dikurangi.
Dalam
mengembangkan sikap inkuiri di kelas, guru mempunyai peranan sebagai
konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat membimbing
dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga tahap: (1) Tahap
problem solving atau tugas; (2) Tahap pengelolaan kelompok; (3) Tahap
pemahaman secara individual, dan pada saat yang sama guru sebagai
instruktur harus dapat memberikan kemudahan bagi kerja kelompok,
melakukan intervensi dalam kelompok dan mengelola kegiatan pengajaran.
Pendekatan
inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi
guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru
kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
1) Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan
inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing
siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan
pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan
permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing
ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan
pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih
beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat
memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan
dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui
diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan
masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada
dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh
pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak
memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan
tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara
mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan
dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami
konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula
diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama
berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi
siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk
dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.
2) Inkuiri Bebas (free inquiry approach).
Pada
umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman
belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas
ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan.
Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki,
menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur
atau langkah-langkah yang diperlukan.
Selama
proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan
tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode
ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended
dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara,
karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya
sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi
yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang
diselidiki.
Sedangkan
belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1) waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga
melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, 2) karena diberi
kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada
kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam
kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai
topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk
memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang diselidiki
antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau
individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok
atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana
yang diharapkan.
3) Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)
Pendekatan
ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri
sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri
bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk
diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah
ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau
menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang
belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk
dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang
diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam
pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar
siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa
dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang
tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat
diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan
siswa dalam kelompok lain.
Berdasarkan
pengertian dan uraian dari ketiga jenis pembelajaran dengan pendekatan
inkuiri, penulis memilih Pendekatan Inkuiri Terbimbing yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan ini penulis lakukan dengan
pertimbangan bahwa penelitian yang akan dilakukan terhadap siswa kelas
VII Sekolah Menengah Pertama (SMP), dimana tingkat perkembangan kognitif
siswa masih pada tahap peralihan dari operasi konkrit ke operasi
formal, dan siswa masih belum berpengalaman belajar dengan pendekatan
inkuiri serta karena siswa masih dalam taraf belajar proses ilmiah,
sehingga penulis beranggapan pendekatan inkuiri terbimbing lebih cocok
untuk diterapkan.
1. Pendekatan Model Pembelajaran Inkuiri
Kedua
model pembelajaran yaitu pendekatan inkuiri dan pendekatan penemuan
berorientasi pada pengolahan informasi dengan tujuan melatih pembelajar
memiliki kemampuan berpikir untuk dapat menemukan dan mencari sesuatu
pengetahuan secara ilmiah. Dengan pendekatan inkuiri, pembelajaran
dimaksudkan untuk membanru pembelajar secara ilmiah, terampil
mengumpulkan fakta, menyusun konsep, menyusun generalisasi secara
mandiri.
Menurut
Sund pembelajar dengan penemuan akan membantu pembelajar menggunakan
proses mental dengan mengamati, membuat penggolongan, membuat dugaan,
mengukur, menjelaskan dan menarik kesimpulan. Konsep misalnya. konsep
dingin, segiempat, masyarakat, kata, frase dan kalimat. Prinsip
misalnya. logam kalau dipanasi mengembang, semua kalimat pasif berawalan
di
Pendekatan
inkuiri yang digunakan dalam kegiatan belajajar mengajar, struktur
pcristivva belajar bersifat tcrbuka. Kemungkinan lain pembelajar
“dilepas” aiau diberi kesempatan bebas untuk mencari sesuatu sampai
menemukan hasil belajar melalui proses-proses
a. Asimilasi yaitu memasuldcan hasil pengamatan ke dalam struktur kognitif yang telah ada pada pembelajar
b. Akomodasi
yaitu mengadakan perubahan-perubahan dengan pengertian penyesuaian
alam struktur kognitif sehingga sesuai dengan gejala (fenomena) baru
yang diamati.
Menurut
J. Richard Suchman, tentang hakikat proses inkuiri model teori inkuiri
dan komponen-komponen penting untuk inkuiri yang efektif, menjelaskan
bahwa proses inkuiri terutama ditujukan kepada kreativitas. Suchman
tertarik pada kata “pengertian” dan bagaimana pengertian itu terbentuk
pada diri pembelajar. Dengan kata lain, bagaimana pembelajar mengadakan
respon (reaksi) kalau datang stimulus (rangsang) pada persepsinya.
Selanjutnya,
J.R. Suchman berpendapat bahwa setiap individu mempunyai organisator
tertentu yang dapat ditarik untuk membawakan beberapa pengertian
terhadap sesuatu objek baru. Oleh Sucliman dijumpai empat identifikasi organisator yaitu
1. Persepsi yang berisi jumpaan-jumpaan sebelumnya
2. Sistem yang mengatur secara kesatuan fungsi
3. Data yang berisi keterangan dan informasi
4. Kesimpulan hasil analisis data
Setiap
orgamsator dapat disimpan untuk penggunaan waktu yang akan datang.
Organisator ini saling berkaitan erat sekali, tetapi dapat juga
sebaliknya yaitu berbeda atau bertentangan. Pengajar hendaknya mendorong
jenis inkuiri pada pembelajar bahkan memberi saran kepada pengajar
bahwa ia harus,
a. Menciptakan kebebasan untuk memiiiki dan mengekspresikan ide-ide atau gagasan dan mengetesnya dengan data.
b. Menyediakan
suatu lingkungan yang responsif sehingga setiap ide didengar dan dapat
dimengerti, dipahami oleh setiap pembelajar dapat memperoleh data yang
dibutuhkan.
c. Membantu setiap pembelajar menemukan suatu jalan untuk bergerak maju.
2. Tujuan Proses Inkuiri
Yang diajukan Suchman merupakan pemikiran yang mantap yang
implikasinya dapat untuk memperbaiki pendidikan pengajar dan untuk
peningkatan peristiwa kegiatan belajar mengajar. Seorang pengajar
hendaknya dapat mengembangkan proses inkuiri dengan memusatkan pada
masalah-masalah yang perlu dipecahkan oleh pembelajar. Orientasi guru
ialah “memandang” pembelajar sebagai individu yang memiiiki potendi
yang perlu dikembangkan. Pengajar selalu mengutamakan pertumbuhan dan
peningkatan kognitif dan perkembangan kreativitas pembelajar. Mengajar
bertujuan mengembangkan bakat-bakat dan membantu pengajar mengembangkan
konsep dirinya.
3. Proses belajar ini dapat dilakukan melalui beberapa aktivitas yakni
1. Bertanya, artinya tidak semata-mata mendengarkan dan mengha’fal
2. Bertindak. artinya tidak semata-mata melihat dan mendengarkan.
3. Mencari. artinya tidak semata-mata mendapatkan.
4. Menemukan problem, artinya tidak semata-mata mempelajari fakta-fakta
5. Menganalisis, artinya tidak semata-mata mengamati.
6. Membuat sintesis, artinya tidak semata-mata membuktikan
7. Beipikir artinya tidak semata-mata melamun atau membayangknn.
8. Menghasilkan atau memprodusir. artinya tidak semata-mata menggunakan.
9. Menyusun, artinya tidak semata-mata mengumpulkan.
10. Menciptakan, artinya tidak semata-mata memproduksi kembaii.
11. Menerapkan. artinya tidak semata-mata mengingat-ingat
12. Mengekspresimenkan, artinya tidak semata-mata membenarkan,
13. Mengkritik, artinya tidak semata-mata menerima
14. Merancang, artinya tidak semata-mata beraksi.
15. Mengevaluasi, artinya tidak semata-mata mengulangi.
4. Segi Keuntungan Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan Penemuan dan Pendekatan Inkuiri
1. Pengajaran berpusat pada diri pembelajar
Salah
satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa makin besar dan makin
sering keterlibatan pembelajar dalam kegiatan makin besar baginya untuk
mengalami proses belajar. Dalam proses belajar inkuiri, pembelajar
tidak hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi juga mengalami proses
belajar tentang pengarahan diri, pengendalian diri, tanggung jawab dan
komunikasi sosial secara terpadu.
2. Pengajaran inkuiri dapat membentuk self concept
(konsep diri), Sehingga terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru,
lebih kreatif, berkeinginan untuk selalu mengambil kesempatan yang ada
dan pada umumnya memiliki mental yang sehat.
3. Tingkat pengharapan bertambah, yaitu ada kepercayaan diri serta ide tertentu bagaimana ia dapat menyelesaikan suatu tugas dengan caranya sendiri.
4. Pengembangan bakat dan kecakapan individu, Lebih
banyak kebebasan dalam proses belajar mengajar berarti makin besar
kemungkinannya untuk mengembangkan kecakapan, kemampuan dan
bakat-bakatnya.
5. Dapat
memberi waktu kepada pembelajar unuk mengashnilasi dan mengakomodasi
informasi. Belajar yang sesungguhnya yaitu jika pembelajar bereaksi dan
bertindak terhadap informasi melalui proses mental.
6. Dapat menghindarkan pembelajar dari cara-cara belajar tradisional yang bersifat.
Di samping keuntungan ada juga kelemahan-kelemahan dalam pendekatan inkuiri.
1. Diperlukan
keharusan kesiapan mental untuk cara belajar. Dengan percaya diri yang
kuat. Pembelajar harus mampu menghilangkan hambatan.
2. Kalau pendekatan inkuiri diterapkan dalam kelas dengan jumlah pembelajar yang besar, kemungkinan besar tidak berhasil.
3. Pembelajar
yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional yang telah
dirancang pengajar, biasanya agak sulit untuk memberi dorongan.
Lebih-lebih kalau harus belajar mandiri. Dampaknya dapat mengecewakan
pengajar dan pembelajar sendiri.
4. Lebih mengutamakan dan mementingkan pengertian, sikap dan keterampilan memberi kesan terlalu idealis.
5. Terapan Pembelajaran dengan Strategi Inkuiri
Perilaku
mengajar dengan strategi inkuiri juga disebut sebagai model inkuiri.
Model inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah
pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.
Dalam model inkuiri siswa dirancang untuk terlibat dalam melakukan
inkuiri. Model pengajaran inkuiri merupakan pengajaran yang terpusat
pada siswa. Dalam pengajaran ini siswa menjadi aktif belajar. Tujuan
utama model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual,
berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah.
Tekanan utama pembelajaran dengan strategi inkuiri adalah:
1. Pengembangan kemampuan individual lewat penelitian
2. Peningkatan kemampuan mempraktekkan metode dan teknik penelitian
3. Latihan keterampilan intelektual khusus yang sesuai dengan cabang ilmu tertentu
4. Latihan menemukan sesuatu seperti, "belajar bagaimana belajar sesuatu".
1. Peranan Guru dalam Pembelajaran Model Inkuiri
Dalam
model pembelajaran inkuiri guru mesti mampu menciptakan kelas sebagai
laboratorium demokrasi, supaya pelajar terlatih dan terbiasa berbeda
pendapat.
Kebiasaan
ini penting dikondisikan sejak di bangku sekolah, agar pelajar
memiliki sikap jujur, sportif dalam mengakui kekurangannya kendiri dan
siap menerima pendapat orang lain yang lebih baik, serta mampu mencari
penyelesaian masalah.
Peranan
guru dalam pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah sebagai
fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator. Sebagai
fasilitator seorang guru mesti memiliki sikap-sikap sebagai berikut
(Roger dalam Djahiri, 1980) :
1) Mampu menciptakan suasana bilik darjah yang nyaman dan menyenangkan,
2) Membantu
dan mendorong pelajar untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan
dan pembicaraannya baik secara individual maupun kumpulan,
3) Membantu kegiatan-kegiatan dan me-nyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran belajar mereka,
4) Membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya,
5) Menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat.
Sebagai
mediator, guru berperan sebagai penghubung dalam menjembatani
mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas melalui pembelajaran
koperatif dengan permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan. Peranan
ini sangat penting dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna
(meaningful learning) yaitu istilah yang dikemukakan oleh Ausubel untuk
menunjukan bahan yang dipelajari memiliki kaitan makna dan wawasan
dengan apa yang sudah dimiliki oleh siswa sehingga mengubah apa yang
menjadi milik siswa. (Hasan, 1996).
Disamping
itu juga, guru berperan dalam menyediakan sarana pembelajaran, agar
suasana belajar tidak monoton dan membosankan. Dengan kreativitasnya,
guru dapat mengatasi keterbatasan sarana sehingga tidak menghambat
suasana pembelajaran di kelas.
Sebagai
Director-Motivator, Peran ini sangat penting karena mampu membantu
kelancaran diskusi kumpulan, Guru berperan dalam membimbing serta
mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi tidak
memberikan jawaban.
Disamping
itu sebagai motivator guru berperan sebagai pemberi semangat pada
siswa untuk aktif berpartisipasi. Peran ini sangat pentng dalam rangka
memberikan semangat dan dorongan belajar kepada siswa dalam
mengembangkan keberanian siswa baik dalam mengembangkan keahlian dalam
bekerjasama yang meliputi mendengarkan dengan seksama, mengembangkan
rasa empati. maupun berkomunikasi saat bertanya, mengemukakan pendapat
atau menyampaikan permasalahannya.
Menurut Gulo (2002), peranan utama guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
(a) Motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir,
(b) Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa,
(c) Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan pada diri sendiri,
(d) Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas,
(e) Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan,
(f) Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas,
(g) Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.
Menurut Memes (2000), ada enam langkah yang diperhatikan dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu :
(1) Merumuskan masalah,
(2) Membuat hipotesa,
(3) Merencanakan kegiatan,
(4) Melaksanakan kegiatan,
(5) Mengumpulkan data,
(6) Mengambil kesimpulan.
Enam langkah pada inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Para
siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan
berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan ma-salah
yang dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran
sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar.
Dengan
pemahaman terhadap langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran
imkuiri ini, maka guru sudah harus memulai dari sekarang bagi guru-guru
yang baru mengetahui dan mempelajari model pembelajaran ini. Demikian
pula bagi guru-guru yang sudah pernah dan jarang menggunakan model
pembelajaran inkuiri ini, kiranya lebih dapat meningkatkan dan
meng-efektifkan lagi, sehingga model pembelajaran inkuiri ini
benar-benar mampu memberikan nilai tambah di dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
Sebagai
seorang guru, tentunya tidak hanya sekedar mengetahui dan memahami
konsep model pembelajaran inkuiri saja, akan tetapi sudah menjadi
kewajibannya untuk dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran
yang dilakukannya
2. Peran siswa yang Penting dalam Srategi Inkuiri adalah:
1) Mengambil prakarsa dalam pencarian masalah dan pemecahan masalah
2) Pelaku aktif dalam belajar melakukan penelitian
3) Penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan
4) Penemu pemecahan masalah.
Peranan tersebut sesuai dengan penekanan model inkuiri yang digunakan.
Evaluasi hasil belajar pada model inkuiri meliputi:
Evaluasi hasil belajar pada model inkuiri meliputi:
1) Keterampilan pencarian dan perumusan masalah
2) Keterampilan pengumpulan data atau informasi
3) Keterampilan meneliti tentang objek seperti benda, kondisi atau peristiwa dan pelaku.
4) Keterampilan menarik kesimpulan
5) Laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Cochran,
Rachel et al.(2007). The impact of Inqury-Based Mathematics on Context
Knowledge and Classroom Practice. Journal. Tersedia:
Krismanto, M.Sc. (2003). Beberapa Teknik, Model dan Strategi dalam Pembelajaran. Yogyakarta.
Sanjaya, Wina. Dr. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Slavin, Robert.E. (2008). Cooperative Learning; Teori, Riset dan Praktik. Bandung. PT. Nusa Media
Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung. JICA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar